MAKALAH Ketaqwaan dan implikasi dalam kehidupan - DUNIA INFORMASI

Breaking

Sunday 8 June 2014

MAKALAH Ketaqwaan dan implikasi dalam kehidupan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata takwa yang sudah umum didengar dan sangat familiar baik di dunia keagamaan maupun pendidikan. Takwa adalah melaksanakan yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarangNya. Takwa juga merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh setiap manusia bahwa segala sesuatu urusan yang dilalui selalu lancar tanpa hambatan. Tetapi sudah merupakan suatu sunatullah bahwa mustahil untuk mendapat sesuatu tanpa perjuangan. Perjuangan, hambatan, gangguan dan apapun bentuknya merupakan bagian dari ujian untuk mendapatkan sesuatu. Seorang ingin lulus sekolah harus melalui ujian, seorang ingin masuk sebuah pekerjaan di sebuah perusahaan harus melalui tahapan tes yang melelahkan.
Allah menegaskan, bahwa barang siapa yang selalu berupaya merealisir takwanya dalam segala aktivitas riil-konkrit kesehariannya, maka Allah tidak hanya akan memberinya kebaikan di dunia–kebaikan sosial, kebaikan profesi, dan kebaikan solusi bagi problema dirinya, tetapi juga pahala yang sangat besar. Aktualisasi takwa di sisi lain akan mendorong umat manusia, untuk tidak pernah berhenti melakukan perubahan dan kompetisi.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terkait dengan pembahasan takwa, maka masalah yang timbul dirumuskan berikut ini.
  1. Ayat Al Qur’an yang berkaitan dengan Takwa beserta artinya.
  2. Tafsir yang berkaitan dengan ayat di atas.
  3. Implikasi Takwa berdasarkan Analisis Ayat-Ayat di Atas dalam Kehidupan.

1.3  Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mngetahui:
  1. Ayat Al Qur’an yang berkaitan dengan Takwa beserta artinya.
  2. Tafsir yang berkaitan dengan ayat di atas.
  3. Implikasi Takwa berdasarkan Analisis Ayat-Ayat di Atas dalam Kehidupan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ayat dan Artinya

v   Surat Ali Imron ayat 102

Surat Ali Imron ayat 102
102.  Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
v   Surat Al Hujurat ayat 13Surat Al Hujurat ayat 13
13.  Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
v   Surat Ar’ad ayat 35
 Surat Ar’ad ayat 35

35.  Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.

2.2  Tafsir dari Ayat-ayat di atas

v   Surat Ali Imron ayat 102
Surat Ali Imron ayat 102
Tafsir dalam ayat ini adalah “Wahai segala mereka yang beriman,  bertaqwalah kepada Allah dengan sempurna-sempurna takwa (laksanakan seluruh kewajiban dan jauhilah segala yang dilarang). Yakni, wajib atasmu bertaqwa akan Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, yaitu mengerjakan segala perintah Nya dan wajib menjauhi segala larangannya.”
Diriwayatkan oleh Al Hafidz Ibnu Abil Halim dari Mas’ud, ujarnya “Takwa kepada Allah, ialah mentaati-Nya, tidak mendurhakai-Nya, Mensyukuri-Nya, tidak mengingkarinya, menyebut-Nya (mengingat-Nya), tidak melupai-Nya. Dan Ibnu Abbas berkata “ takwa itu ialah bermudjahadah pada jalan Allah dengan benar-benar Jihad, dan tidak dipengaruhi pada jalan Allah oleh celaan para pencela, dan menegakkan keadilan karena Allah, walaupun terhadap diri sendiri, ibu dan bapak.
Ÿž Tafsir dalam ayat ini adalah “dan janganlah kamu mati melainkan dalam kamu menyerahkan diri kepada Allah (beragama Islam). Yakni: Hai para mu’min, jangan kamu mati melainkandalam keadaan dirimu ikhlas kepada Allah, tidak menserikatkan Allah dengan sesuatu. Jelasnya, tetaplah kamu di dalam Islam dengan memelihara segala kewajiban, menjauhi segala larangan, sehingga kamu menarik nafas penghabisan.
Ada yang mengatakan bahwa firman Allah : ” ittaqullaha haqqa tuqatihi”, dinasahkan oleh fattaqullaha mastatha’tum. Mereka berkata: tidak ada jalan dapat kita bertakwa dengan sepenuh-penuh takwa. Sebenarnya yang dimaksud dengan ayat ini ialah tetap dalam keadaan kembali dan takut akan Allah lahir dan batin.
v   Surat Al Hujurat ayat 13
Surat Al Hujurat ayat 13
Tafsirnya yaitu : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan perempuan yakni dari Adam dan Hawa (dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa) lafadz Syu’uban adalah bentuk jamak dari lafadz Sya’bun yang artinya tingkatan nasab keturunan yang paling tinggi kedudukan suku berada di bawah bangsa, setelah suku atau kabilah disebut Imarah, lalu Bathn, sesudah Bathn adalah Fakhdz dan yang paling bawah adalah Fashilah. Contohnya ialah Khuzaimah adalah nama suatu bangsa, Kinanah adalah nama suatu kabilah atau suku, Quraisy adalah nama atau Imarah, Qushay adalah nama suatu Bathn. Hasyim adalah nama suatu Fakhdz dan Al Abbas adalah suatu Fashilah - lafadz Ta‘arafu asalnya adalah Tata’arafu, kemudian salah satu dari kedua huruf Ta dibuang sehingga jadilah Ta‘arafu. Maksudnya supaya sebagian dari kalian saling mengenal sebagian yang lain bukan untuk saling membanggakan ketinggian nasab atau keturunan, karena sesungguhnya kebanggaan itu hanya dinilai daru segi ketakwaan


v   Surat Ar Ra’ad ayat 35
Surat Ar Ra’ad ayat 35
Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.
 (sedangkan tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka)

2.3 Implikasi Takwa berdasarkan Analisis Ayat-Ayat di Atas dalam Kehidupan Beserta Kesimpulan dari Tiap-Tiap Ayat

Secara etimologis kata taqwa merupakan bentuk masdar dari ittaqâ–yattaqiy ittaqâ–yattaqiy (اتَّقَى- يَتَّقِىْ),yang bearti “menjaga diri dari segala yang membahayakan”. Kata ini berasal dari kata waqa-yagi-wiqayah yang berarti “menjaga diri menghindari dan menjahui” yaitu menjaga sesuatu dari segala yang dapat menyakiti dan mencelakan. Jadi yang dimaksud taqwa adalah kata yang sudah umum didengar dan sangat familiar baik di dunia keagamaan maupun pendidikan. Taqwa mengandung pengertian yang berbeda-beda di kalangan ulama, namun semuanya bermuara pada satu pengertian yaitu Seorang hamba melindungi dirinya dari kemurkaan Allah azza wa jalla dan juga siksaNya. Hal itu dilakukan dengan melaksanakan yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarangNya.
Afif Abdulullah Al Fahah Thabbarah mengatakan Taqwa adalah seorang memelihara dirinya dari segala sesuatu yang mengundang kemarahan Allah dan dari segala sesuatu yangmendatangkan mudharat baik dirinya maupun orang lain. Ibnu Rajab rahimahullah berkata bahwa asal taqwa adalah seorang hamba membuat pelindung yang melindungi dirinya dari hal-hal yang ditakuti. Jadi ketaqwaan seseorang hamba kepada Rabnya adalah ia melindungi dirinya dari hal-hal yang dia takuti, yang dating dari Allah berupa kemurkaan dan azabNya yaitu melakukan ketaatan kepadaNya dan menjauhi kemaksiyatan kepadaNya.
Orang-orang bertakwa diberi berbagai kelebihan oleh Allah Swt, tidak hanya ketika mereka di akhirat nanti tetapi juga ketika mereka berada di dunia ini. Beberapa kelebihan mereka disebutkan di dalam al-Quran, antara lain: (1) Dibukakan jalan keluar pada setiap kesulitan yang dihadapinya (2) Dimudahkan segala urusannya (3) Dilimpahkan kepadanya berkah dari langit dan bumi (4) Dianugerahi furqân (فُرْقَان), yakni petunjuk untuk dapat membedakan yang hak dan bathil dan (5) Diampuni segala kesalahan dan dihapus segala dosanya. Dalam Qs. Ali Imron ayat 102 Allah berfirman Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benarnya taqwa kepadaNya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Jika seorang ingin mencapai derajat taqwa mustahil ia dapatkan dalam waktu yang sekejap melainkan melalui proses yang sangat panjang dengan izin Allah. Allah pun tidak melihat hasil melainkan proses melalui ujian-ujian yang diberikan pada hambaNya baik dalam bentuk kebaikan maupun keburukan, kelonggaran maupun kesempitan dan sebagainya. Allah pun memberikan keluasaan untuk memilih bagi hambanya dua jalan yang terbentang dihadapannya berupa jalan fujur dan taqwa sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an.
Ketika seorang memilih jalan fujur maka jalan menuju taqwa akan terhambat bahkan tertutup. Dan jika memilih jalan taqwa berarti segala proses, jalan-jalan menuju ketaqwaan akan ia tempuh, bagaimanapun beratnya perjalanan. Sebagaimana perjalanan Salman Al Farisyi dan Abu Dzar Al Ghifari mencari hidayah Allah. Setelah mereka mendapatkan hidayah Allah kemudian mereka mempertahankan hidayah itu dengan usaha ikut berjuang mengembangkan dan menyebarkan Islam ke penjuru dunia. Atau kisah seorang pembunuh 100 orang yang bertaubat kepada Allah. Ia mendapatkan suatu nikmat ketaqwaan dengan diampuninya dosa dan kesalahannya oleh Allah SWT melalui proses yang sangat panjang. Sebagai pengingat pula bahwa bila seseorang memilih jalan proses ketaqwaan maka ia akan berusaha sekuat mungkin untuk tetap konsisten dalam jalan ketaqwaan sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi : Bertaqwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada. Semoga kita termasuk orang yang melakukan proses ketaqwaan sehingga benar-benar mendapatkan kedudukan taqwa di sisi.
Di sisi lain ayat-ayat Alqur’an yang bertemakan taqwa tersebut pada umumnya sangat berhubungan erat dengan “martabat” dan “peran” yang harus dimainkan manusia di dunia, sebagai bukti keimanan dan pengabdian kepada Allah. Misalnya, ayat Alqur’an yang berkaitan dengan masalah ini terungkap dalam Surat Alhujarat/49: 13 sebagai berikut : ”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Dalam ayat tersebut, taqwa dipahami sebagai “yang terbaik menunaikan kewajibannya”. Maka, manusia “yang paling mulia dalam pandangan Allah” adalah “yang terbaik dalam menjalankan perintah dan meninggalkan laranganNya”. Inilah yang menjadi salah satu dasar kenapa Allah menciptakan langit dan bumi yang menjadi tempat berdiam makhluk-Nya serta tempat berusaha dan beramal, agar nyata di antara mereka siapa yang taat dan patuh kepada Allah.
Allah menegaskan, bahwa barang siapa yang selalu berupaya merealisir takwanya dalam segala aktivitas riil-konkrit kesehariannya, maka Allah tidak hanya akan memberinya kebaikan di dunia–kebaikan sosial, kebaikan profesi, dan kebaikan solusi bagi problema dirinya, tetapi juga pahala yang sangat besar. Aktualisasi takwa di sisi lain akan mendorong umat manusia, untuk tidak pernah berhenti melakukan perubahan dan kompetisi. Bukan kompetisi untuk memunculkan yang munkar, tapi kompetisi untuk memunculkan yang baik. Keragaman baik itu budaya, suku, ras, dan agama, maupun juga ragam profesi dalam konteks takwa bukanlah hambatan untuk bekerja maksimal merealisir amal saleh dan membawa amal jariyah.  “Hai manusia, sesungguhnyaa Kami mencip-takan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.  Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Allah juga menegaskan bahwa yang paling mulia di atas semuanya bukanlah yang menjadikan keragaman sebagai fait a compli, atau faktor yang memunculkan disharmoni,  Orang paling mulia adalah orang yang dapat memanfaatkan keragaman itu untuk memaksimalkan peran dirinya, peran sosialnya, peran profesinya, dan peran beragamanya melalui amalan. Bukan hanya amal dalam pengertian shadaqah, akan tetapi amal dalam pengertian karya nyata dan amal shalih. Rasulullah bersabda, bahwa manusia yang paling baik adalah mereka yang menciptakan manfaat, karya, serta amal shalih yang lebih banyak dan lebih baik bagi sesama umat manusia. Itulah implementasi takwa yang terbaik. Bila kemudian kelompok masyarakat, individu, atau anggota masyarakat dapat mewujudkan takwa dalam konteks semacam ini, dia akan menjadi orang yang utama, mulia, dan terhormat, tidak terhina, tidak tersisihkan, serta tidak disia-siakan. Dia akan mulia di sisi Allah SWT dan karenanya dia akan mulia di sisi umat manusia, sebab adalah suatu kemustahilan, mulia di sisi Allah SWT sambil dihinakan di sisi umat manusia. Kondisi dunia ini sesungguhnya adalah tanaman yang akan kita panen ketika kita hidup di akhirat.
Ketika dalam diri manusia bercokol bibit sifat kesombongan dan ketakaburan serta sifat ujub maka sulit baginya untuk dapat mencapai derajat taqwa. Terkadang dalam realita bahwa kedudukan seseorang itu ditentukan oleh banyak kriteria seperti pangkat, jabatan, kekayaan, banyaknya pengikut, kepandaian, banyaknya gelar kehormatan, kecantikan dan kerupawanan wajah atau bahkan keelokan tubuh yang dapat diumbar dengan seenaknya. Itu sebuah kekeliruan yang sangat fatal. Argumen itu dipatahkan Allah dengan ayatNya dalam al-Qur’an Surat Al Hujurat (49) ayat 13 yang artinya : Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa di antara kamu. Kita ingat bahwa sungguh Islam telah meninggikan derajat Salman Al Farisyi dan Bilal bin Rabah sebagai sosok budak dan telah menurunkan kemuliaan berupa kehinaan Abu Lahab karena kekufurannya. Hai ini diperjelas dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dinyatakan bahwa : Sesungguhnya seutama-utama manusia denganku adalah orang-orang yang taqwa, siapapun dan bagaimanapun keadaan mereka.
Dalam Surat ar Ra’ad ayat 35 menyatakan bahwa: “Di dalam apa yang telah Kami kisahkan kepadamu terdapat sifat surga yang Allah janjikan kepada orang-orang yang bertaqwa, yaitu di bawahnya mengalir sungai-sungai dari segenap penjuru.” Adapun makna dalam surat ini adalah:
  1. Di dalam apa yang telah Kami bacakan kepadamu atau kami mengisahkannya terdapat sifat surga yang Allah janjikan kepada orang-orang yang bertaqwa sebagai pembalasan bagi ketundukannya dan keikhlasannya.
  2. Surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai dari segenap penjuru dan dimana saja penghuninya menghendaki timbullah mata air.
  3. Di dalamnya terdapat buah-buahan, makanan, dan minuman yang tidak putus-putus sepanjang masa.
  4. Bayang-bayangnya pun demikian pula, terus-menerus hadir tak henti, sehingga di sana tidak ada panas dan tidak ada dingin. Tidak ada matahari dan tidak ada bulan, serta tidak ada gelap.
  5. Surga yang sudah diterangkan itu merupakan buah yang diperoleh oleh semua orang yang bertaqwa kepada Allah, yang menjauhkan diri dari segala maksiat dan dosa. Itulah pembalasan bagi mereka.
  6. Hasil yang diperoleh semua orang yang mengingkari Allah adalah neraka sebagai pembalasan atas dosa-dosa yang mereka kerjakan. Sikap manusia terhadap al-qur’an yang diturunkan Allah terbagi dua. Ada yang membenarkan dan ada yang mendustakan, seperti diterangkan oleh Allah sendiri.








BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, terkait dengan Memahami Konsep Al-Qur’an Tentang Takwa dan Implikasi dalam Kehidupan, maka kesimpulan dapat diuraikan berikut ini.
1)   Ayat-ayat suci al-Qur’an yang berkaitan dengan ketakwaan di antaranya adalah Surat Ali Imron ayat 102, Surat al-Hujurat ayat 13 dan Surat Ar Ra’ad ayat 35.
2)   Ali Imron ayat 102 Tafsir dalam ayat ini adalah “Wahai segala mereka yang beriman,  bertaqwalah kepada Allah dengan sempurna-sempurna takwa (laksanakan seluruh kewajiban dan jauhilah segala yang dilarang). Yakni, wajib atasmu bertaqwa akan Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, yaitu mengerjakan segala perintah Nya dan wajib menjauhi segala larangannya.”. dan janganlah kamu mati melainkan dalam kamu menyerahkan diri kepada Allah (beragama Islam). Surat al-Hujurat ayat 13 yaitu Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan perempuan yakni dari Adam dan Hawa dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal. karena sesungguhnya kebanggaan itu hanya dinilai daru segi ketakwaan dan sesungguhnya orang mulia diantara kamu adalah yang bertakwa, sesungguhnya Allah maha mengetahui dan Maha Mengenal apa yang ada dalam batin kalian. Surat Ar Ra’ad ayat 35 yaitu surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa yang sungai-sungai di bawahnya; buah-buahnya) artinya apa-apa yang dimakan di dalam surga dan tidak pernah lenyap (sedang naungannya), tiada henti-hentinya pula, tidak pernah terhapus oleh matahari, karena di dalam surga tidak ada matahari, karena Surga tempat kesudahan daripda orang-orang yang bertakwa. Orang yang berakwa takut kepada perbuatan syirik sedangkan tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka)
3)   Orang-orang bertakwa diberi berbagai kelebihan oleh Allah Swt, tidak hanya ketika mereka di akhirat nanti tetapi juga ketika mereka berada di dunia ini. Beberapa kelebihan mereka disebutkan di dalam al-Quran, antara lain: (1) Dibukakan jalan keluar pada setiap kesulitan yang dihadapinya (2) Dimudahkan segala urusannya (3) Dilimpahkan kepadanya berkah dari langit dan bumi (4) Dianugerahi furqân (فُرْقَان), yakni petunjuk untuk dapat membedakan yang hak dan bathil dan (5) Diampuni segala kesalahan dan dihapus segala dosanya

3.2 SARAN

Sebagai makhluk allah swt kita wajib untuk bertakwa
Kepadanya dan para utusanya supaya menjalani hidup ini
Dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain
Dan kita wajib untuk mengamalkan semua perintah allah swt
Yang telah terdapat di al qur’an

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mahalily Din, Jalalud, Imam., dan Imam, Jalalud, Din As Suyuti. Tafsir Jalalin Berikut Asbabub Nuzul. Bandung: Sinar Baru., 1990.
AshShiddieqy, Asbi. Tafsir al-qur’an. Jakarta: Bukan Bintang, 1969.
Anonymous. 2008. Taqwa. http//wikepedia.com. (online). Diakses tanggal 30 April 2010.
Ghazali, Muhtar. 2008. Taqwa dan Implikasinya. http//Muchtar.Taqwa.php 3. (online). Diakses tanggal 30 april 2010.
Keraf, Gorys., Prof, DR. Komposisi. Flores: Nusa Indah, 1997.
Muhammad, Tengku.. Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur. Semarang: PT.Pustaka rizki,  2000

No comments: