BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Banyak sekali orang yang tidak mengetahui apa
itu filsafat, baik orang yang hidupnya di lingkungan pendidikan, maupun yang
jauh dari pendidikan, seperti di pedesaan maupun di perkotaan. Padahal mereka
sadari sebenarnya mereka dekat dengan filsafat dan mereka juga pernah
berfilsafat. Dalam menjalani kehidupan ini kita sering mengandalkan filsafat,
tetapi terkadang kita tidak menyadari bahwa yang kita lakukan itu merupakan
sebuah filsafat. Kita sering merenung, berfikir apa yang hendak kita capai dan
kita raih apabila kita lulus kuliah nanti, dalam perenungan itu kita banyak
sekali muncul pertanyaan-pertanyaan dan pilihan-pilihan sebagai alternatif
jawaban dari setiap pertanyaan yang muncul, begitu pula untuk hal-hal yang lain
yang didalamnya memerlukan pemikiran-pemikiran secara mendalam. Apabila kita
terus mencari dan terus mencari jawaban dari pertanyaan tadi dengan berbagai
metode sampai kiranya kita dapat menemukan kebenaran, maka akan lahir sebuah
pengetahuan bagi kita. Begitu pula dengan pendidikan, yang melatar belakangi
pendidikan adalah ide-ide yang lahir dari filsafat yang tentu saja semua itu
perlu proses untuk menemukannya. Dari gambaran sederhana tersebut dapat kita
ketahui bahwa filsafat itu merupakan tindakan memikirkan, merenungkan segala
sesuatu secara mendalam sampai keakar-akarnya
B . Rumusan Masalah
Rumusan Masalah Berdasarkan latar
belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas
adalah sebagai berikut :
A. Apa pengertian filsafat
B. Filsafat dalam pandangan islam
tersebut?
C. Bagaimana perkembangan filsafat
dalam ilmu islam ?
C. Tujuan
A. Untuk mengetahui pengertian
filsafat tersebut.
B. Untuk mengetahui filsafat dalam
islam
C. untuk mengetahui perkembangan
filsafat dalam ilmu islam
.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Filsafat Islam
Filsafat Islam terdiri dari dua kata yakni
filsafat dan Islam. Dalam khasanah ilmu, filsafat diartikan sebagai berfikir
yang bebas, radikal dan berada pada dataran makna. Bebas berarti tidak ada yang
menghalangi pikiran bekerja. Sedangkan kata Islam secara samantik berasal dari
akar kata salima yang artinya menyerahkan, tunduk dan selamat. Islam artinya
menyerahkan diri kepada Allah, dan dengan menyerahkan diri kepadaNya maka ia
memperoleh keselamatan dan kedamaian.
Sebelum sampai pada devinisi Filsafat Islam,
terlebih dahulu kami akan memberikan makna filsafat yang berkembang dikalangan
cendekiawan muslim. Menurut mustofa abdul Razik pemakaian kata filsafat di
kalangan umat islam adalah kata hikmah. Sehingga kata hakim ditempatkan pada
kata failusuf atau hukum Al-Islam(hakim-hakim Islam) sama dengan Falasifatul
Islam (failusuf-failusuf Islam). Al Farabi berkata : failusuf adalah orang yang
menjadikan seluruh kesungguhan dari kehidupannya dan seluruh maksud dari
umurnya mencari hikmah yakni mema’rifati Allah yang mengandung pengertian
mema’rifati kebaikan.
Menurut Mustofa Abdul Rozik, Filsafat Islam
adalah filsafat yang tumbuh di negeri Islam dan dibawah naungan negara Islam,
tanpa memandang agama dan bahasa-bahasa pemiliknya. Pengertian ini diperkuat
oleh Prof. Tara Chand, bahwa orang-orang nasrani dan yahudi yang telah menulis
kitab-kitab filsafat yang bersifat kritis atau terpengaruh oleh islam sebaiknya
dimasukkan ke dalam filsafat Islam.
Filsafat islam adalah perkembangan pemikiran
umat Islam dalam masalah ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam semesta yang
disinari ajaran Islam. Adapun devinisinya secara khusus seperti apa yang
dituliskan oleh penulis Islam sebagai berikut.
1. Ibrahim
Madkur, filsafat islam adalah pemikiran yang lahir dalam dunia Islam untuk
menjawab tantangan zaman, yang meliputi Allah dan alam semesta, wahyu dan akal,
agama dan filsafat.
2. Ahmad Fuad
Al-Ahwany, filsafat Islam adalah pembahasan tentang alam dan manusia yang
disinari ajaran Islam.
3. Muhammad Atif
Al-‘Iraqy, filsafat Islam secara umum di dalamnya tercakup ilmu kalam, ilmu
ushul fiqh, ilmu tasawuf, dan ilmu pengetahuan lainnya yang diciptakan oleh
intelektual Islam. Pengertiannya secara khusus adalah pokok-pokok atau
dasar-dasar pemikiran filosofis yang dikemukakan para filosof muslim.
Jelaslah bahwa filsafat Islam merupakan hasil
pemikiran umat islam secara keseluruhan. Pemikiran umat Islam ini merupakan
buah dari dorongan ajaran Al-Quran dan Hadis.
B. Pandangan
Islam Mengenai Filsafat
Pertemuan Islam ( kaum muslimin ) dengan
filsafat ini terjadi pada abad – abad ke- 8 Masehi abad ke- 2 Hijriyah disaat
islam berhasil mengembangkan sayapnya dan menjangkau daerah-daerah baru yang
memiliki adat istiadat dan peradapan serta kebudayaan baru. Filsafat adalah
salah satu dri kebudayaan asing yang ditemui islam dalam perjalanan sejarahnya.
Dua imperium islam waktu itu yaitu Abbasiyah dengan
ibu kota Bagdad ( di Timur ) danUmayyah dengan ibu
kotanya di cordova ( di barat ) menjadi pusat peradaban dunia yang menghasilkan
cendekiawan-cendekiawan dibidang ilmu pengetahuan serta Filosof-filosof yang
masyhur seperti Al-Kindy ( 796 – 973 M ), Al-Faraby ( 870 – 950 M ), Al-Razy
(863 – 965 M ), Ibnu Sina ( 980 – 1037 ), Al-Ghazali ( 1059 – 111 M ), Ibnu
Rusyd ( 1126 – 1198 ) dan lain – lain.
Immauel Kant ( 1724 – 1804 ), yang disebut raksasa
pikr barat, mengatakan bahwa : Filsafat itu ilmu pokokdan oangkal dari segala
pengetahuan yang mencakup didalamnya empat persoalan,yaitu :
1. Apakah yang
anda ketahui ?
( dijawab oleh metafisika )
2. Apakah yang
boleh kita kerjakan ?
( dijawab oleh etika )
3. Sampai
dimanakah pengharapan kita ?
( dijawab oleh agama )
4. Apakah yang
dinamakan manusia ?
( dijawab oleh Antropologi )
Dari semua istilah ilsafat itu sama sama
dengan ilmu pengetahuan, jelasnya segala macam pengetahua termasuk filsafat,
bagaimanapun corak pengetahuan itu. Tetapi lambat laun, karena gejala-gejala
yang diketahuinya semakin lama-semakin tertimbun, maka terpaksalah orang
membagi pengalaman – penalamannya menjadi pelbagi lapangan, tiap-tiap lapangan
dengan ilmu pengetahuanda semenjak itu smpitlah arti filsafat, oleh karena itu
semula para filosof disamping ahli filsafat, dalam waktu yang bersaman juga
ahli ilmu pengetahuan. Tegasnya filosof adalah ilmuwan, dan ilmuan adalah
filosof. Begitlah yang terjadi sampai pada saatnya cabang – cabang ilmu
pengethuan tertentu satu demi satu meninggalkan induknya ( filsafat ).
Tiap-tiap manusia yang mulai berpikir tentang
diri sendiri dan tempat-tempatnya dalam dunia, akan menghadapi berbagai
persoalan itu dapat dikelompokan sebagai persoalan – persoalan pokok yang
meliputi (1). Adakah Allah dan siapakah Allah itu, (2). Apa dan siapa manusia
itu, (3). Apakah hakekat dari segala kenyataan, apa maknanya, apa intisarinya ?
Dalam sejarah umat manusia kita melihat bahwa
tiga persoalan tadi sering dijawab dengan agama yang dianut oleh maunusia itu.
Tetapi dilain pihak tidaklah jarang ilmu filsafat berusaha untuk menjawab
persoalan-persoalan itu.
Dr. Ahmad Fuad Al ahwani, guru filsafat di Universitas di Cairo,
menyatakan dalam kitabnya “ Ma’anil Falsafah’ ( Cairo, 1974 ), bahwa filsafat
itu adalah sesuatu yang terletak diantara agama dan ilmu pengetahuan. Ia
menyerupai agama alam atu sisi karena ia mengandung permasalahan-permasalahan
yang tidak dapat diketahui da dipahami sebelum orang memperoleh pengetahuan dan
keyakinan disisi lain karena ia merupakan sesuatau hasil daripada akal pikiran
manusia, tidak hanya sekedar mendasarkan kepada taklid dan wahyu semata-mata.
Dimana ilmu merupakan hasil-hasil pengertian yang terjangkau dan
terbatas, agama dan keyakinannya dapat melangkahi/melamaui garis-garis pengertian
yang terbatas itu.
Antara ilmu pengetahuan dan agama inilah yang
dimaksu filsafat. Banyak persoalan yang tidak bisa dijawab dengan ilmu
pengetahuan, dapat diterima dan dirasakan oleh manusia. Al Ahwani atas dasar
pendirinya itu memberikan pengertia filsafat dalam tiga kesimplan : filsafat
itu adalah peninjauan yang lengkap dan dalam keelruhan mengenai hidup manusia.
Filsafat itu adalah alat untuk menguraikan kesukaran-kesukaran yang terletak
diantara ilmu pengetahuan dan agama. Dan filsafat adalah penggunaan pikiran
yang dapat membawa manusia kepada amal dan kepada suatu tujuan tertentu.
Menenggapi pendapat ini Prof. Dr. H. Abu
Bakar Aceh berkecenderungan untuk memilih dan menetapkan pendapat Al Ahwani
tersebut sebagai “ telah mewakili “ pikiran-pikiran ulama Islam mengenai
filsafat. Ita telah mengetahui dari sejarah – demi kian tegas H. Abu Bakar Aceh
– bahwa pujangga-pujangga dan ahli-ahli pikir Yunani serta filosao-filosof
berikutnyahanya mencari apakah yang menjadi pencipta pertama dari alam semesta
ini, tetapi sedikit sekaliyang mencari apakah faedahnya ada pencipta itudalam
hubungannya dengan keidupan manusia sehari-hari. Tuhan yang dicari adalah Tuhan
yang mati, sedang tuhan yang dipertahankan para filosof dan ulama islam adalah
Tuhan yang hidup, Tuhan yang menguasai seluruh alam semesta ini.
Az-Zamahsyari dalam kitab tafsirnya “ Al-
Kasysyal “ ( hlaman 174 – 175 ) menenrangkan bahwa disinalah tempat
perselisihan paham pokok antara ahlussunah yang memegang kuat pada Al-Qur’an
dan Hadist, dengan mu’tazillah yang berdasarkan pengrtian tu kepada akal atau
kepada filsafat. Menurut pengarang tafsir ini, ayat-ayat mukhamat ialah
ayat-ayat yang ahnaymempunyai satu arti, sedang ayat-ayat muttasyabihat adalh
ayat yang mempunyai arti lebih dari satu, sehingga memungkinkan masuknya
penafsiran dengan akal manusia dan ta’wil atau memutarkan artinya dengan
berbagai cara. Ulama salaf hanya mementingkan ayat-ayat hukum atau mukhamat
itu, untuk diamalkan dan tida menganggap penting ayat-ayat mutasyabihat yang
artinya dapat ditafsirkan dengan akal secara aneka ragam. Ibnu Taimiyah
menyatakan bahwa filsafat itu bid’ah dan haram hukumnya.
Sebaliknya banyak ulam islam yang menganggap
sangat penting dengan adanya filsafat, karena dapat membantu dalam menjelaskan
isi dalam kandungan Al – Qur’an dengan keterangan keterangan yang dapat
diterima oleh akal manusia terutama bagi mereka yang baru mengenal Islamdan
mereka yang belum kuat imannya. Imam Al Gazali yang semula menentang filsafat,
kemudian berbalik untuk mempelajari dan banyak menggunakanya untuk
uraian-uraian mengenai ilmu tasawuf. Ulam – ulam semaca inimenganggap besar
faedah dari mempelajari filsafat dan berpendapat bahwa dalam Al-Qur’an banyak
sekali ayat – ayat yang menyuruh kita untuk berpikir mengenai dirinya dan alam
semesta, untuk meyakini adanya Tuhan sebagai penciptanya “ Tuhan menguraikan
himah/filsafat kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan barang siapa yang telah
diberi hikmah /filsafat sama dengan diberkannya kebijakan yang berlimpah. “
Didalam Al-Qur’an dan Hadist banyak ita
dapati firman-firman yang mengutamakan ilmu pengetahuan dan memberi kedudukan
yang tinggi kepada orang – orang alim, ahli penelitian dan ahli pengetahuan.
…
Dan demikian (pula) di
antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang
bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun. “ ( Al Fatir 28 )
“Dan perumpamaan-perumpamaan Ini kami buat
untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” ( Al Ankabut 43 )
Tampak jelas dari uraian-uraian diatas bahwa
Islam tidak mencegah orang untuk mempelajari ilmu filsafat, bahkan menganjurkan
orang berfilsafat., berpikir menurut logika untuk memperkuat kebenaran yang
dibawa oleh Al Qur’an dengan dalil akal dan pembawaan rasional. Aspek pemikiran
dalam Islam terutanma masalah keimanan, aqidah, ketuhanan, menunjukan
pembahasan yang cukup lama telah dimulai semasa nabi masih hidup, yang kemudian
menjadi sebab pokok dari ilmu-ilmu yang berbeda-beda, sebagaimana kalam (
dogmatic – scholastic ), dan tasawuf ( mystico-spirituaistic ).
Diskusi dan polemic keagamaan anatra ulama
Islam dengan tokoh agama non muslim, telah memperkenalkan elemen-elemen asing
dari filsafat Yunani, India dan sebagainya. Tersebab itu bermunculanlah
tokoh-tokoh dikalangan Islam, dengan nama-nama besar sepeti Al
Khindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dll. Banyaknya terjemahan buku-buku
asing terutama buku-buku filsafat Yunani lebuh banyak menguak bukti pentingnya
filsafat dalam kancah keilmuan Islam.
Akan halnya Falsafat yang juga dianggap dapat
membawa kepada kebenaran, maka islam mengakui bahwa selain kebenaran
Hakiki, masih ada lagi kebenaran yang tidak bersifat absolute, yaitu kebenaran
yang dicapai sebagai hasil usaha akal budi manusia. Akal adalah anugrah dari
Allah SWT kepada manusia. Maka sewajarnya kalau akal mampu pula mencapai
kebenaran, kendatipun kebenaran yang dicapainya itu hanyalah dalam taraf yang
relatif. Oleh sebab itu kalau kebenaran yang relative itu tidak bertentangan
dengan ajaran islam ( Al-Qur’an dan Hadist ) maka kebenaran itu dapat saja
digunakan dalam kehidupan ini.
Kebenaran filasafat dianggap kebenaran
spekulatif karena ia berbicara tentang hal-hal yang abstrak yang tidak dapat
dieksperimen, tidak dapat diuj atau diriset.
Mengenai pandangan islam tentang filsafat ,
filsafat cukup mendapat tempat penting dalam Islam dengan beberapa kenyataan :
o Dalam
sejarah Islam pernah muncul filosof-filosof muslim yang terkenal seperti Al
Faraby, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan lain-lain. Bahkan mereka ini dianggap sebagai
mata rantai yang menghubungkan kembali filsafat Yunani yang pernah menghilang
di barat dan berkat jasa-jasa kaum muslimin maka filsafat tersebut dapat
dikenal kembali oleh orang-orang Barat.
o Terdapatnya
sejumlah ayat-ayat Al-Qur’an yang mendorong pemikiran-pemikiran filosofis.
o Meskipun
Islam member tempat yang layak bagi hidup dan perkembangan filsafat, namun
Islam menilai bahwa falsafat tu hanyalah merupakan alat belaka dan bukan
tujuan. Falsafat dapat digunakan untuk memperkokoh kedudukan Islam, umpamanya
dapat dijadikan sebagai jalan untuk memperkuat bukti eksistensi Allah SWT.
o Diakui
pula bahwa kebenaran filsafat bersifat nisbi dan spekulatif.
Nisbi artinya relative dan tidak mutlak kebenaranya. Spekulatif artinya
kebenaranya bersifat spekulasi dan tidak dapat dibuktikan secara empiris.
o Jadi
tidak perlu melihat filsafat sebagai momok yang menakutkan tetapi ia harus
dipelajari dengan baik. Dengan demikian kita dapat menggunakan hal – hal yang
positif didalamnya dan membuang hal-hal yang tidak menguntungkan bagi Islam.
Melalui filsafat orang dapat sampai kepada
keyakinan atau sekurang-kurangnya pengetahuan tentang adanya Tuhan. Tetapi
sebaliknya, dengan filsafat orang bias lari kepada kekafiran dan pembuaian Tuhan.
Dengan demikian filsafat itu dapat diandaikan sebagai pisau tajam yang bermata
dua, yang dapat dmanfaatkan tetapi kalau salah menggunakanya dapat
membahayakan. Filsafat yang dapat membawa pada keimanan hanyalah filsafat yang
mendalam. Orang yang setengah-setengah belajar filsafat, cenderung membawa
dirinya kepada kekafiran.
BAB III
PENUTUP
A . Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat di tarik kesimpulan
filsafat adalah Filsafat islam adalah perkembangan pemikiran
umat Islam dalam masalah ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam semesta yang
disinari ajaran Islam dan menurut pandangan islam Filsafat adalah salah satu
dri kebudayaan asing yang ditemui islam dalam perjalanan sejarahnya
B . Saran
masyarakat
dapat memahami maksud dari makalah ini dan bisa menambah pengetahuan tentang
pengertian filsafat.. Diharapkan masyarakat dapat mengetahui filsafat menurut
pandangan islam dan aliran- aliran ilmu filsafat itu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suriasumantri, Jujun S. Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999
2. Usiono. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan,
Medan: Perdana Publishing, 2006.
3. Suparlan Suhartono. Filsafat Pendidikan
2007. Yogyakarta: Kelompok Penerbit Ar Ruzz Media.
4.
http://www.slideshare./septianraha-filsafat-3#
No comments:
Post a Comment