Kebudayaan Dayak - DUNIA INFORMASI

Breaking

Thursday, 3 July 2014

Kebudayaan Dayak

Kebudayaan Dayak,


Dayak Seberuang adalah sekelompok masyarakat Dayak yang bermukim di sepanjang Sungai Seberuang bagian hulu dan juga di jalan provinsi lintas selatan yang menghubungkan Kecamatan Semitau dengan Ibukota Kapuas Hulu. Secara geografis pemukiman kelompok ini membaur dengan kelompok Dayak Suaid dan juga Kantu. Oleh karena itu, sulit membedakan batas geografis penyebaran subsuku ini.Dayak Seberuang menurut catatan J. U. Lontaan (1975:61) merupakan salah satu dari 61 kekeluargaan dalam kelompok Dayak Ot Danum. 

Klasifikasi ini jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan, menurut peneliti tidak tepat karena jika ditinjau dari sudut linguistik dan sejarah migrasi, kelompok ini merupakan kelompok yang berbeda. Seberuang merupakan nama sungai yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu. Ketika masih di Kapuas Hulu, orang Seberuang berkampung di Beluis, Ranyai, Sayur, Sebalang, Sungai Antu, dan Bekuan. 
Cerita tentang asal-usul orang Seberuang yang dituturkan adalah mereka berasal dari Lendau Mungguk Ara. Di sana mereka terkena wabah penyakit sehingga mereka pindah ke Tampun Juah. Namun, di Tampun Juah pun mereka mendapat cobaan dari orang Kana Maen. Orang Kana Maen membuat bana tai ile sehingga di mana-mana ada tahi. Mereka tidak tahan dan pindah ke Nanga Senentang yang sekarang adalah Sintang. Mereka pindah ke Sintang dengan membawa pusaka Tedung Kepung, Bujang Tanjung, dan Segintar Alam. Ketiga pusaka itu disebut dengan Meriam Pejanji. Dari Sintang, dengan dipimpin Tuak Laja mereka pindah ke Tembawang Beruang. Sekarang, tembawang itu masih ada, yaitu berupa sebuah bukit. 
Tiga anak Tuak Laja itu adalah Temenggung Cukah, Temenggung Caling, dan Temenggung Merebai. Yang menurunkan orang Seberuang di Mensiap Tanjung itu adalah keturunan Temenggung Cukah. Temenggung Cukah beranakkan Andau, Andau beranakkan Lansi. Lansi beranakkan Raja Nangga. Raja Nangga inilah yang membuka Mensiap Tanjung. Sebelum Raja Nangga, ada orang Cina, yaitu Bun Siap. Cina itu dibunuh, sehingga nama kampung kami ini disebut Kampung Siap. Dari Raja Nangga ini menurunkan Selung. Selung beranakkan Bumbung. Bumbung beranakkan Nanggung. Nanggung beranakkan Demang Ria. Demang Ria beranakkan Demang Julung. Demang Julung beranakkan Mangai. Lalu, Mangai beranakkan Enau. 
Temenggung Merebai mudik Sungai Tempunak. Sementara itu, Temenggung Caling menurunkan orang-orang yang ada di sebelah kanan Sungai Kapuas. Di Kabupaten Sintang ini, orang Seberuang ada di Kecamatan Sepauk, yaitu di Desa Sekubang yang kampungnya adalah Taja, Bangun, Pemunsit, dan Lebong Beruang. Di Desa Nanga Pari kampungnya adalah Sungai Lepat, Ngalang, Geruda, Silit, Sungai Segak, Pampuk Puai, dan Pari. Di Desa Lengkenat ada Kampung Gernis Jaya/Gerantung, Paoh Benoa. Di Desa Temiang Kapuas kampungnya adalah Temiang, Mirah Air, Sukau Hilir, Sukau Hulu, dan Sungai Adau. Di Desa Ensabang kampungnya adalah Ensabang, Sungai Jaung, Sungai Tamang, Tanah Kaya, dan Pringanyang. 
Di Kecamatan Tempunak, orang Seberuang tinggal di Desa Balai Harapan yang kampungnya adalah Balai Harapan atau dulu disebut Balai Gana. Di Desa Benua Kencara kampungnya adalah Lebuk Hulu, Lebuk Hilir, Lanjau Mulas, Benua Kencana, Jungkang, Ansok. Di Desa Gurung Mali kampungnya adalah Tembak, Arai, Serpang, Sungai Belatuk, Sungai Buaya, Sungai Buluh, Penyarak, dan Nanga Jengkuat. Di Desa Mensiap Baru yang dulu disebut Mensiap Hulu kampungnya adalah Mensiap Hilir dan Mensiap Hulu. Di Desa Merti Jaya kampungnya adalah Pekulai Hilir, Pekulai Hulu, Mansik, dan Remiang. Di Desa Nanga Tempunak kampungnya adalah Lebah Satu dan Empat Dua. Di Desa Tanjung Perada kampungnya adalah Mensiap Tanjung, Kantuk Hulu, dan Peninjau. Di Desa Palau Jaya kampungnya adalah Melimbuk, Janang, Palau Mandong, dan Kempas. 
Sementara itu, di Desa Kuala Tiga kampungnya hanya satu, yaitu Kasul. Ada berbagai macam adat pada orang Seberuang, antara lain adalah adat kelahiran yang terdiri dari adat ngeruai,(membawa anak mandi ke sungai), dan gawai ngunting. Adat pernikahan yang terdiri dari adat minang, nikah, matah ricik, dan [[milang pekain]]. Adat ampang yang terdiri dari ampang mali dan ampang sida. Adat buma yang terdiri dari manggul, manggal, basuk arang, dan nyengkelan batu/nyelapat taun. Adat pati terdiri dari pati bakas dan pati induk. 
Selain itu, ada juga adat tolak bala dan muja tanah. Gawai orang Seberuang dilaksanakan setahun sekali terdiri dari tiga gawai,yaitu gawai memberkat dunia/alam lingkungan, memberkati manusia, dan gawai padi. Dalam pelaksanaan ketiga gawai itu, ada ritual yang dilaksanakan di pentik yang ada di hutan dekat tempat tinggal mereka. Jaraknya kurang lebih 300 meter dari perkampungan. Gawai adat tolak bala dilaksanakan setiap pertengahan tahun. Ratah ‘sesaji’ yang disediakan adalah babi sikuk, manuk sikuk selawang, tuak setajau, pului sebangkang, dan nasi padi. 
Bahasa Seberuang tidaklah jauh berbeda dengan bahasa subsuku Dayak lainnya seperti bahasa Desa atau bahasa yang dituturkan di sepanjang Sungai Ketungau. Cara pengucapannya saja yang kedengarannya lain. Bahasa Seberuang diucapkan dengan relatif lembut. Jumlah orang Seberuang diperkirakan kurang lebih 7.374 jiwa (data statistik kecamatan dan data desa tahun 1998). 
Untuk mencapai daerah pemukiman mereka ini, kita bisa melalui jalur air ataupun jalur darat. Kalau kita memudiki Sungai Tempunak, maka akan memerlukan waktu sekitar dua hari untuk mencapai Kampung Lebuk Lantang sebagai kampung yang terakhir. Sedangkan jika kita mempergunakan jalan darat, maka akan memerlukan waktu sekitar empat jam dengan jarak sekitar 112 kilometer. Jalan itu merupakan jalan yang dibangun karena adanya perkebunan sawit milik Lyman Agro Group. Dari pertengahan sampai ke perkampungan mereka kita meniti bekas jalan logging PT. Barito Pacific Timber yang sudah lama tidak pernah di rawat. Tradisi lisan yang mereka miliki berupa beberapa dongeng tetapi hanya generasi tua yang masih mengetahuinya. Generasi mudanya hampir tidak mengenal lagi akan tradisi lisan mereka ini. Selain itu tradisi lisan yang masih hidup adalah berupa seni suara yang di sebut jali dan duda, yang biasa sering dikumandangkan sewaktu ada pesta ataupun di saat minum-minum tuak.

No comments: