Contoh Proposal Penelitian Untuk Pendidikan - DUNIA INFORMASI

Breaking

Thursday, 10 December 2015

Contoh Proposal Penelitian Untuk Pendidikan

A.      Judul Penelitian
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN INVESTIGASI KELAS VII A SMP NEGERI 14 SINGKAWANG SELATAN
B.       Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan ini yang memegang peranan penting. Suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan jika pendidikan dalam negara itu baik kualitasnya. Tinggi rendahnya kualitas pendidikan dalam suatu negara dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya dari siswa, pengajar, sarana prasarana, dan juga karena faktor lingkungan. Salah satu mata pelajaran di sekolah yang dapat mengajak siswa untuk mengasah kemampuannya adalah matematika. Menurut Asep Jihad (2008: 152) matematika dapat diartikan sebagai telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat, karenanya matematika bukan pengetahuan yang menyendiri, tetapi keberadaannya untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.
Depdiknas menyatakan bahwa materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatih melalui belajar materi matematika (Fadjar Shadiq, 2004: 3). Secara etimologis matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar (Erman Suherman, 2003: 16). Dalam hal ini bukan berarti ilmu lain tidak diperoleh melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan pada hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran. Matematika memiliki ciri-ciri khusus sehingga pendidikan dan pengajaran matematika perlu ditangani secara khusus pula. Salah satu ciri

khusus matematika diantaranya adalah sifatnya yang menekankan pada proses deduktif yang memerlukan penalaran logis dan aksiomatik (Asep jihad, 2008: 157).
Menurut Erman Suherman (2003: 56) fungsi mata pelajaran matematika adalah sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan. Ketiga fungsi matematika tersebut hendaknya dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika sekolah. Balajar matematika bagi para siswa juga merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian itu. Permendiknas RI No. 22 tahun 2006 (tentang standar isi) menyatakan bahwa tujuan dari mata pelajaran matematika di sekolah adalah agar siswa mampu:
1.    Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah,
2.    Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,
3.    Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh,
4.    Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah,
5.    Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Sri Wardani, 2008: 2)

Kemampuan penalaran merupakan salah satu hal yang harus dimiliki siswa dalam belajar matematika. Selain karena matematika merupakan ilmu yang diperoleh dengan bernalar, tetapi juga karena salah satu tujuan dari pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Untuk itu diperlukan berbagai terobosan baru dalam pembelajaran matematika melalui berbagai pendekatan, agar dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa.
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep atau pengertian (http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran). Fadjar Shadiq (2004: 2) menyatakan bahwa penalaran adalah proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju pada suatu kesimpulan Kemampuan bernalar adalah kemampuan yang memuat suatu aktifitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis dalam menarik kesimpulan.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di SMP Negeri 14 Singkawang Selatan, diketahui bahwa kemampuan penalaran yang dimiliki siswa di SMP tersebut masih rendah. Hal ini terlihat dari masih sedikitnya siswa yang mampu mengajukan dugaan, melakukan manipulasi matematika, memberikan alasan atas jawabannya, dan menarik kesimpulan dari suatu permasalahan matematika yang diberikan. Selain itu perhatian dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar matematika masih kurang. Untuk itu diperlukan pendekatan yang tepat agar dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa. Menurut wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa guru, diketahui bahwa pendekatan investigasi belum pernah diterapkan dalam pembelajaran matematika di SMP tersebut. Selama ini guru masih menerapkan pola pembelajaran konvensional yaitu dengan metode ceramah. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti tentang upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa SMP Negeri 14 Singkawang Selatan melalui pendekatan investigasi.
Menurut Fadjar Shadiq (2009: 1) beberapa cara untuk mengaktifkan siswa agar berpikir dan bernalar adalah dengan memberikan soal yang mengarah pada jawaban konvergen, divergen, dan penyelidikan (investigasi). Dalam pendekatan investigasi siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mengembangkan sikap dan pengetahuannya tentang matematika sesuai dengan kemampuan masing-masing sehingga akibatnya memberikan hasil belajar yang lebih bermakna pada siswa. Setiawan (2006: 10-11) mengatakan bahwa di dalam pendekatan investigasi terdapat tiga fase yang harus ditempuh siswa yaitu: (a). Fase membaca, menterjemahkan, dan memahami masalah. Fase ini menuntut siswa untuk mengkonstruksikan suatu masalah menurut bahasa mereka sendiri, (b). Fase pemecahan masalah merupakan fase untuk menggali pengetahuan siswa dengan cara menyelesaikan suatu masalah, dan (c). Fase menjawab dan mengkomunikasikan jawaban. Dalam fase ini siswa siswa dituntut untuk menyimpulkan hasil dari fase kesatu dan dua, lalu melihat dan menyimpulkan apakah hasil pada masalah ini dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang lainnya.
Dengan menggunakan pendekatan investigasi ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa kelas VII SMP Negeri 14 Singkawang Selatan dalam pembelajaran matematika.
C.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
a.     Masih kurangnya kemampuan penalaran siswa kelas VII A SMP Negeri 14 Singkawang Selatan dalam pembelajaran matematika.
b.    Perhatian dan keaktifan siswa kelas VII A SMP Negeri 14 Singkawang Selatan dalam mengikuti proses belajar matematika masih kurang.


D.      Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa SMP Negeri 14 Singkawang Selatan dalam pembelajaran matematika melalui pendekatan investigasi.
E.       Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika melalui pendekatan investigasi yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa kelas VII A SMP Negeri 14 Singkawang Selatan?
F.       Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskrpisikan pelaksanaan pembelajaran matematika melalui pendekatan investigasi yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa kelas VII A SMP Negeri 14 Singkawang Selatan.
G.     Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
a.    Bagi guru
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberdayakan guru matematika SMP Negeri 14 Singkawang Selatan dalam menggunakan pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa.
b.    Bagi siswa
Dengan penerapan pendekatan investigasi diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa SMP Negeri 14 Singkawang Selatan dalam pembelajaran matematika
c.    Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang pendekatan mengajar bagi guru yang berkaitan dengan pembelajaran matematika, serta sebagai bekal bagi masa depan sebagai seorang calon pendidik (guru).
H.      Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dibuat penjelasan istilah-istilah atau definisi-definisi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut
1.         Kemampuan Penalaran Matematika
a.    Kemampuan
Kata kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa, sanggup melakukan sesuatu atau dapat. Kemudian mendapatkan imbuhan ke-an sehingga kata kemampuan berarti kesanggupan melakukan sesuatu hal.Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Dengan kata lain kemampuan berarti kesanggupan atau kapasitas seseorang untuk melakukan sesuatu.
b.   Penalaran
Penalaran merupakan proses berpikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan, menyatakan bahwa penalaran merupakan suatu proses menarik kesimpulan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas berpikir yang sistematik untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
c.    Kemampuan penalaran matematika
kemampuan penalaran matematika adalah kemampuan atau kesanggupan untuk melakukan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas berpikir secara sistematik untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya. Kemampuan penalaran matematika ada dua jenis yaitu kemampuan penalaran deduktif dan kemampuan penalaran deduktif. Indikator dari kemampuan penalaran matematika yaitu: menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis,gambar, diagram; mengajukan dugaan; melakukan manipulasi matematika; memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi; menarik kesimpulan dari pernyataan; memeriksa kesahihan suatu argumen, menemukan sifat atau pola dari suatu gejala matematis untuk membuat generalisasi.
2.         Pendekatan Investigasi
a.  Pendekatan
pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses pembelajaran yang mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
b.   Investigasi
investigasi adalah proses penyelidikan untuk mengungkap fakta dan menentukan kebenaran suatu hal dengan cara pemeriksaan, pengumpulan, menganalisis informasi yang diperoleh, membandingkannya dengan perolehan orang lain, lalu mengkomunikasikan hasil perolehannya.
c.    Pendekatan investigasi
Pendekatan investigasi adalah sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang menuntut siswa untuk melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, dan menentukan strategi untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan, yang selanjutnya hasil perolehan tersebut dikomunikasikan dan dibandingkan dengan perolehan siswa lainnya. Pendekatan investigasi menekankan pada permasalahan yang belum terformulasikan dengan jelas sehingga memungkinkan perolehan siswa beragam (divergen).
I.         Kajian Teori
1.  Pembelajaran Matematika
a.  Belajar
Menurut Sri Rumini (2006: 59) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan. Sedangkan Arnie Fajar (2005: 10) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan, dan lain-lain. Menurut M. Sobry Sutikno (2007: 5) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku di berbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi dengan lingkungannya.
b.  Pembelajaran
Menurut Zainal Aqib (2002: 41-42) pembelajaran adalah upaya untuk mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. Upaya tersebut bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik, sehingga dapat menghadapi kehidupan di lingkungan masyarakat. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan kegiatan belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar (BSNP, 2006: 17).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah upaya untuk mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik, yang kegiatannya dirancang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.
c.  Matematika
Secara etimologis matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar (Erman Suherman, 2003: 16). Dalam hal ini bukan berarti ilmu lain tidak diperoleh melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan pada hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran. Herman Hudojo (103) menyatakan matematika sebagai ilmu yang menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan antara hal-hal itu. Objek penelaahan matematika tidak sekedar kuantitas, tetapi lebih dititik beratkan kepada hubungan, pola, bentuk dan struktur. Menurut James dan James yang dikutip Muh. Athar (2009), matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yang menelaah bentuk, struktur, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang abstrak yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

d.  Pembelajaran matematika
Pembelajaran matematika yang diberikan untuk anak sekolah menengah berbeda dengan pembelajaran yang diberikan pada anak SD. Hal ini karena anak pada usia ini sudah dapat belajar secara abstrak dengan penggunakan kemampuan penalarannya. Piaget mengemukakan bahwa anak pada usia 11-18 tahun yaitu pada tahap operasional formal, ciri pokok perkembangannya adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”. Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, mengembangkan dan menafsirkan hipotesa (Asri Budiningsih, 2008: 39).
Menurut Erman Suherman, dkk (2003: 56-57) fungsi pembelajaran matematika adalah sebagai:
a.    Alat
Matematika dapat digunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lain, dalam dunia kerja atau dalam kehidupan sehari-hari. Matematika juga dapat digunakan sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan suatu informasi.
b.    Pola Pikir
Pembelajaran matematika bagi para siswa juga merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman untuk pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan di antara pengertian-pengertian itu.
c.    Ilmu Pengetahuan
Kita sebagai guru harus mampu menunjukkan betapa matematika selalu mencari kebenaran, dan selalu bersedia meralat kebenaran yang sementara diterima, bila ditemukan kesempatan untuk mencoba mengembangkan penemuan-penemuan sepanjang mengikutu pola pikir yang sah.
Adapun tujuan pembelajaran matematika menurut Asep Jihad (2008: 153) yakni agar siswa memiliki kemampuan dalam:
a.    Menggunakan algoritma (prosedur pekerjaan)
b.    Malakukan manipulasi secara matematika
c.    Mengorganisasi data
d.   Memanfaatkan simbol, diagram dan grafik
e.    Mengenal dan menemukan pola
f.     Menarik kesimpulan
g.    Membuat kalimat atau model matematika
h.    Membuat interpretasi bangun dalam bidang dan ruang
i.      Memahami pengukuran dan satuan-satuannya
j.      Menggunakan alat hitung dan alat bantu matematika.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, pembelajaran matematika adalah upaya untuk mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik, yang kegiatannya dirancang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam menelaah bentuk, struktur, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang abstrak serta hubungannya, dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.
2.  Kemampuan Penalaran Matematika
a.  Kemampuan
Kata kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa, sanggup melakukan sesuatu atau dapat. Kemudian mendapatkan imbuhan ke-an sehingga kata kemampuan berarti kesanggupan melakukan sesuatu hal (KBBI, 2005: 308). Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan (http://id.wikipedia.org/wiki/Kemampuan). Dengan kata lain kemampuan berarti kesanggupan atau kapasitas seseorang untuk melakukan sesuatu.
b.  Penalaran
Penalaran merupakan proses berpikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan (http://elearning.guna-darma.ac.id/~cai). Soekadijo (1997: 6) menyatakan bahwa penalaran merupakan suatu proses menarik kesimpulan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar. Menurut Fajar Shadiq (2004: 2) penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya. Irving (1968: 4) mengatakan bahwa semua penalaran adalah berpikir, tetapi tidak semua pemikiran adalah penalaran. Lebih lanjut Irving (1968: 5) mengatakan penalaran adalah jenis berpikir khusus, di mana terjadi inferensi atau kesimpulan yang diambil dari premis-premis.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas berpikir yang sistematik untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
c.  Kemampuan penalaran matematika
Penggunaan formal "nalar" sejalan dengan kembalinya peradaban Yunani kuno. Aristoteles mengemukakan hukum logika klasik dan menemukan silogisme sebagai alat penalaran. Sejak itu istilah penalaran telah digunakan dengan berbagai cara oleh psikolog, filsuf dan pendidik. Banyak peneliti telah melakukan penelitian untuk perluasan konsep penalaran dan untuk mengukurnya.
Spearman percaya bahwa kemampuan penalaran tergantung sepenuhnya pada Tuhan dan tidak melibatkan faktor lain. Namun Thurstone, dalam penelitiannya tentang kemampuan manusia, mengidentifikasi dua faktor penalaran terpisah yang disebut induksi dan deduksi. Thurstone mendefinisikan bahwa faktor induksi sebagai kemampuan untuk menemukan aturan atau prinsip untuk setiap permasalahan, dan faktor deduksi sebagai kemampuan untuk memproses secara logika dan menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Pada analisis ulang data Thurstone, Holzinger dan Herman, dan Eysenck juga mengidentifikasi sebuah faktor penalaran, sebuah kemampuan yang digolongkan sebagai ”thinking under restrictive conditions” yang ditandai secara jelas oleh sebuah uji yang terdiri dari permasalahan penalaran-aritmetika (Tewari, 2003: 21-22).
Kemudian pada analisis yang dilakukan Beaking dengan sebelas uji penalaran kembali mengidentifikasi dua faktor penalaran yang berbeda yaitu induksi dan deduksi. Faktor induksi dan deduksi Thurstone juga disahkan oleh Botzum dan Zimmerman, dengan membalik sumbu referensi data kemampuan mental utama yang asli dari Thurstone, ditemukan tiga faktor penalaran yaitu induksi, deduksi dan penalaran umum (Tewari, 2003: 22).
Sejumlah analisis yang dilakukan program penelitian AAFA menemukan kesimpulan penting bahwa ada tiga kemampuan penalaran yang dinotasikan sebagai ”Penalaran I”, ”Penalaran II”, dan ”Penalaran III”. Hasil penelitian tersebut tidak menunjukkan bahwa ada hubungannya dengan faktor deduksi dari Thurstone, tetapi belakangan faktor deduksi Thurstone dijadikan sebagai dasar untuk kemampuan utama ke empat di analisis penalaran yaitu ”Penalaran IV”. Keempat jenis kemampuan penalaran tersebut kemudian di urutkan sebagai berikut:
       Penalaran I
a.    Memanipulasi simbol
b.    Menyelesaikan masalah
c.    Mendefinisikan masalah
d.   Menguji hipotesis
e.    Mengorganisir langkah-langkah yang saling terkait.
       Penalaran II
a.    Menemukan aturan atau kaidah (Induksi Thurstone)
b.    Menemukan susunan
c.    Menemukan cara
d.   Menemukan hubungan
e.    Menemukan identitas dari hubungan
f.     Menganalisis bentuk
       Penalaran III
a.    Menemukan elemen umum atau sifat
b.    Mengklasifikasi (secara umum)
c.    Mengklasifikasi bentuk
d.   Menentukan korelasi
       Penalaran IV
a.    Menarik kesimpulan (deduksi)
b.    Penalaran silogisme (Guilford, 1971: 62-63).
Dari beberapa uraian di atas dapat diketahui bahwa dari beberapa penelitian yang dilakukan, selalu mengidentifikasi adanya dua faktor penalaran yaitu induksi dan deduksi. Sri Wardani (2008: 12) menyatakan bahwa ada dua cara untuk menarik kesimpulan yaitu secara induktif dan deduktif, sehingga dikenal istilah penalaran induktif dan penalaran deduktif. Berikut merupakan perbedaan antara penalaran induktif dan deduktif.
a.    Penalaran induktif adalah proses berpikir yang berusaha menghubungkan fakta-fakta atau kejadian-kejadian khusus yang sudah diketahui menuju kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum.
b.    Penalaran deduktif merupakan proses berpikir untuk menarik kesimpulan tentang hal khusus yang berpijak pada hal umum atau hal yang sebelumnya telah dibuktikan (diasumsikan) kebenarannya.
Pada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 yang dikutip Sri Wardani (2005: 1) tentang penilaian perkembangan anak didik SMP dicantumkan indikator dari kemampuan penalaran sebagai hasil belajar matematika, yaitu siswa mampu:
a.      Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, diagram.
b.     Mengajukan dugaan.
c.      Melakukan manipulasi matematika.
d.     Memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi.
e.      Menarik kesimpulan dari pernyataan.
f.      Memeriksa kesahihan suatu argumen, menemukan sifat atau pola dari suatu gejala matematis untuk membuat generalisasi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematika adalah kemampuan atau kesanggupan untuk melakukan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas berpikir secara sistematik untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya. Kemampuan penalaran matematika ada dua jenis yaitu kemampuan penalaran deduktif dan kemampuan penalaran deduktif. Indikator dari kemampuan penalaran matematika yaitu: menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis,
gambar, diagram; mengajukan dugaan; melakukan manipulasi matematika; memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi; menarik kesimpulan dari pernyataan; memeriksa kesahihan suatu argumen, menemukan sifat atau pola dari suatu gejala matematis untuk membuat generalisasi.
3.  Pendekatan Investigasi
a.  Pendekatan
Wijaya Kusumah (2009) menyatakan bahwa pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginsipirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Menurut Huzaifah Hamid (2009) pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses pembelajaran yang mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
b.  Investigasi
Investigasi adalah upaya penyelidikan, pemeriksaan dan pengumpulan data, informasi, dan temuan lainnya untuk mengetahui/membuktikan kebenaran sebuah fakta yang kemudian menyajikan kesimpulan atas rangkaian temuan (www.scribd.com/doc/-13087126/Investigasi). Krismanto (2003: 7) menyatakan bahwa investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil. Investigasi adalah penyelidikan untuk mengungkap fakta dan menentukan kebenaran suatu hal dengan cara pengumpulan, menganalisis, membandingkan dan menyebarluaskan informasi yang diperoleh (http://www.answers.com/-topic/investigation).
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa investigasi adalah proses penyelidikan untuk mengungkap fakta dan menentukan kebenaran suatu hal dengan cara pemeriksaan, pengumpulan, menganalisis informasi yang diperoleh, membandingkannya dengan perolehan orang lain, lalu mengkomunikasikan hasil perolehannya.
c.  Pendekatan investigasi
Dalam pendekatan investigasi, siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mengembangkan sikap dan pengetahuannya tentang matematika sesuai dengan kemampuan masing-masing sehingga akibatnya memberikan hasil belajar yang lebih bermakna pada siswa. Menurut Krismanto (2003: 7) investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil benar sesuai pengembangan yang dilalui siswa. Kegiatan belajarnya diawali dengan pemecahan soal-soal atau masalah-masalah yang diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan belajar selanjutnya cenderung terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh guru. Setiawan (2006: 7) menyatakan penekanan dalam pendekatan investigasi adalah pada permasalahannya yang belum terformulasikan dengan jelas sehingga boleh jadi perolehan siswa beragam (divergen). Dalam pendekatan investigasi siswa dimungkinkan untuk:
           membuat pernyataan sendiri, misalnya: bagaimana jika…?, adakah yang lain?, adakah suatu keteraturan?, bagaimana polanya?, dan sebagainya.
           menentukan arah yang dituju dengan memikirkan apa yang terjadi, jika…?, dan sebagainya.
Dalam kegiatan di kelas yang mengembangkan diskusi kelas, berbagai kemungkinan jawaban itu berimplikasi kepada berbagai alternatif jawaban dan argumentasi berdasar pada pengalaman siswa. Akibatnya antara lain jawaban siswa tidak selalu tepat benar atau bahkan salah karena prakonsepsi yang mendasari pemikiran siswa tidak benar. Namun dari kesalahan jawaban siswa tersebut, dengan adanya komunikasi yang dikembangkan dapat memberikan arah kesadaran siswa akan kesalahan mereka, khususnya dimana letak terjadinya kesalahan tersebut. Mereka akan belajar dari kesalahan sendiri dengan bertanya, mengapa orang lain memperoleh jawaban yang berbeda dengan jawabannya.
Lebih lanjut Setiawan (2006: 12) menyatakan peran guru dalam pembelajaran dengan pendekatan investigasi adalah:
a.    Memberikan informasi dan insrtuksi yang jelas,
b.    Memeberikan bimbingan seperlunya dengan menggali pengetahuan siswa yang menunjang pada pemecahan masalah (bukan menunjukkan cara penyelesaian),
c.      Memberikan dorongan sehingga siswa lebih termotivasi,
d.    Menyiapkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh siswa,
e.    Memimpin diskusi dengan pengambilan kesimpulan akhir.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan  investigasi adalah sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang menuntut siswa untuk melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, dan menentukan strategi untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan, yang selanjutnya hasil perolehan tersebut dikomunikasikan dan dibandingkan dengan perolehan siswa lainnya. Pendekatan investigasi menekankan pada permasalahan yang belum terformulasikan dengan jelas sehingga memungkinkan perolehan siswa beragam (divergen). Pendekatan investigasi dalam pembelajaran matematika dapat dilakukan melalui tiga fase yaitu: fase membaca, menerjemahkan, dan memahami masalah; fase pemecahan masalah; fase menjawab dan mengkomunikasikan jawaban.
J.        Penelitian yang Relevan
Athi’ Rosalina (2014) telah melakukan penelitian tentang upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika melalui pendekatan investigasi siswa kelas VII A SMP Negeri 14 Singkawang Selatan.Dari hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa dengan penggunakan pendekatan investigasi kemampuan memahami masalah siswa meningkat 12,26%, kemampuan merenacanakan strategi pemecahan masalah meningkat 36,80%, kemampuan menyelesaikan masalah 20.68%, dan kemampuan menafsirkan solusinya meningkat 15,47%.
K.      Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran matematika kemampuan penalaran matematika sangat dibutuhkan oleh para siswa. Selain karena secara etimologis matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar, salah satu tujuan dari pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Untuk itu diperlukan berbagai terobosan baru dalam pembelajaran matematika melalui berbagai pendekatan, agar dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa SMP Negeri 14 Singkawang Selatan.
Penalaran yang dimaksud disini adalah suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya. Salah satu pendekatan yang dapat mengaktifkan siswa agar berpikir dan bernalar adalah pendekatan investigasi. Penekanan pada pendekatan investigasi adalah permasalahan yang belum terformulasikan dengan jelas hingga memungkinkan perolehan siswa beragam (divergen). Dengan diterapkannya pendekatan investigasi dalam pembelajaran matematika, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika dan lebih jauh lagi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa SMP Negeri 14 Singkawang Selatan.
L.       Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini adalah melalui pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan investigasi dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa kelas VII A SMP Negeri 14 Singkawang Selatan.
M.     Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang merupakan jenis penelitian kualitatif.
N.      Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dilaksanakannya penelitian tindakan ini di kelas VII A SMP Negeri 14 Singkawang Selatan. Adapun waktu penelitiannya direncanakan pada bulan April hingga Juni 2015.
O.      Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 14 Singkawang Selatan. tahun pelajaran 2014/2015 dengan banyak siswa 36 orang
P.       Variabel Penelitian
1.         Variabel Bebas
Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebasnya adalah pembelajaran matematika melalui pendekatan investigasi.


2.        Variabel Terikat
Sedangkan, untuk variabel terikat dalam penelitian ini yaitu meningkatkan kemampuan penalaran matematika.
3.        Variabel Kontrol
Untuk variabel control dalam penelitian ini, peneliti mengambil control pada kelas VII A SMP Negeri 14 Singkawang Selatan
Q.      Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1.         Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes hasil belajar.

a.       Observasi
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi yaitu melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan menggunakan pendekatan investigasi, serta perilaku dan aktivitas yang ditunjukkan selama proses pembelajaran berlangsung tanpa mengganggu proses pembelajaran.
b.        Angket
Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui sejauh mana ketertarikan dan usaha siswa dalam mengembangkan kemampuan penalaran matematika dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan investigasi.
c.         Dokumentasi
Foto berguna untuk melengkapi sumber data. Data yang dihasilkan berupa rekaman kejadian di kelas yang dianggap penting atau menggambarkan suasana kelas ketika aktivitas belajar berlangsung.
d.        Tes hasil belajar
Tes dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi garis dan sudut pelajaran yang diberikan, dan dikerjakan oleh siswa secara individual.
2.    Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.         Lembar observasi
Lembar observasi digunakan sebagai pedoman selama melakukan pengamatan guna memperoleh data yang diinginkan. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan investigasi, yang berisi tentang aktivitas siswa dan guru selama pelaksanaan pembelajaran. Lembar observasi ini berisi pedoman dalam melaksanakan pengamatan terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran, dan juga tentang aktivitas guru dalam melaksanakan langkah-langkah pendekatan investigasi, mengorganisasikan, membimbing, memotivasi siswa, serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Penskoran lembar observasi yaitu 1 untuk jawaban “Ya” dan 0 untuk jawaban “Tidak”.

b.         Angket respon siswa
Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui sejauh mana ketertarikan dan usaha siswa dalam mengembangkan kemampuan penalaran matematika dalam pembelajaran matematika denga menggunakan pendekatan investigasi. Ketertarikan dan usaha siswa yaitu dalam hal partisipasi aktif dalam mengerjakan tugas individu maupun kelompok, pemahaman materi, usaha untuk menggunakan penalaran dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Dalam angket ini setiap butir pertanyaan diberikan alternatif jawaban, yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju dengan skor masing-masing jawaban untuk bentuk pernyataan positif 5, 4, 3, 2, 1 dan skor untuk pernyataan negatif 1, 2, 3, 4, 5.


c.         Tes hasil belajar
Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari, dan kemampuan penalaran matematika siswa. Tes ini berbentuk soal essay dengan durasi pengerjaan selama 60 menit. Tes yang digunakan adalah tes pada setiap akhir siklus dan dikerjakan oleh siswa secara individu
R.    Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data tentang keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan investigasi, dan kemampuan penalaran matematika siswa. Data yang terkumpul berupa data hasil wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut
1.  Reduksi data
Reduksi data meliputi penyeleksian data melalui deskripsi atau gambaran singkat dan pengelompokan data dilakukan ke dalam kualifikasi yang telah ditentukan.
2.  Penyajian data
Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan kegiatan penyusunan informal secara sistematik dari reduksi data mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi sehingga memudahkan membaca data.
3.  Triangulasi
Triangulasi dilakukan untuk mengecek keabsahan data. Triangulasi data dilakukan dengan cara mencocokkan semua data yang diperoleh dari semua sumber yang telah diperoleh, yaitu hasil observasi, hasil wawancara, dokumentasi, serta tes hasil belajar untuk menarik objektivitas dalam penarikan kesimpulan.


4.  Penarikan simpulan
Penarikan simpulan adalah pemberian makna pada data yang diperoleh dari penyajian data. Penarikan simpulan dilakukan berdasarkan hasil dari semua data yang diperoleh.
Secara rinci, kegiatan analisis data dari sumber-sumber informasi hasil penelitian tersebut dilakukan sebagai berikut:
a.    Analisis data hasil observasi pelaksanaan pembelajaran
Analisis data tentang pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan investigasi diperoleh dari data hasil observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran. Data tentang keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan investigasi ini dianalisis secara kuantitatif yaitu dengan cara menghitung jumlah persentase keterlaksanaannya menggunakan rumus sebagai berikut:
Persentase keterlaksanaan pembelajaran =
Skor Total
×100%

Skor Maksimal




b.    Analisis data hasil wawancara
Hasil wawancara dianalisis secara deskriptif. Analisis terhadap hasil wawancara dengan siswa diharapkan dapat membantu untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dirasakan selama pembelajaran, hambatan-hambatan yang dialami, juga masukan yang positif guna memperbaiki pembelajaran berikutnya.
c.    Analisis data angket respon siswa
Angket dibagikan kepada seluruh siswa kelas VII A SMP 14 Singkawang Selatan yang menjadi subjek penelitian. Pedoman penskoran untuk angket yaitu sebagai berikut.
       Penskoran untuk pernyataan positif:
5 = sangat setuju
4 = setuju
3 = ragu-ragu
2 = tidak setuju
1 = sangat tidak setuju


       Penskoran untuk pernyataan negatif:
1 = sangat setuju
2 = setuju
3 = ragu-ragu
4 = tidak setuju
5 = sangat tidak setuju
Selanjutnya data hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan investigasi dianalisis dengan tahapan sebagai berikut:
a.      Masing-masing butir pernyataan dikelompokkan sesuai dengan aspek yang diamati.
b.     Berdasarkan pedoman pensekoran yang telah dibuat, kemudian dihitung jumlah skor tiap-tiap butir pernyataan sesuai dengan aspek-aspek yang diamati. Selanjutnya dihitung persentasenya dengan rumus sebagai berikut:

Persentase hasil angket respon siswa =
Skor Total
×100%

Jml Siswa ×Skor Maks.


c.    Data hasil perhitungan di atas kemudian dikualifikasikan dengan ketentuan sebagai berikut:


No comments: