Ketika
kita membicarakan tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang
membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari masalah
peserta didik, pendidik/guru, manajemen pendidikan, kurikulum, fasilitas,
proses belajar mengajar, dan lain sebagainya. Salah satu masalah yang banyak
dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah lemahnya kualitas proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah. Dalam proses pembelajaran di
dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi;
otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa
dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya
dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya banyak peserta didik yang ketika lulus
dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi mereka miskin
aplikasi.
Dalam
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. (UU Sisdiknas, 2003).
Sesuai
fungsi pendidikan nasional tersebut terletak juga tanggung jawab guru untuk
mampu mewujudkannya melalui pelaksanaan proses pembelajaran yang mampu bermutu
dan berkualitas. Salah satu strategi yang dapat dipergunakan guru untuk
memperbaiki mutu dan kualitas proses pembelajaran adalah dengan menerapkan
strategi pembelajaranContextual Teaching and Learning (CTL).
B.Pembahasan
A. Pemikiran tentang
belajar
Pendekatan
kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai
berikut.
1. Proses belajar
·
Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus
mengkontruksi pengetahuan di benak mereka.
·
Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri
pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh
guru.
·
Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki
sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang
sesuatu persoalan.
·
Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi
fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang
dapat diterapkan.
·
Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam
menyikapi situasi baru.
·
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
·
Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan
struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi
pengetahuan dan keterampilan sesorang.
2. Transfer Belajar
·
Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari
pemberian orang lain.
·
Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari
konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
·
Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan
bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
3. Siswa sebagai
Pembelajar
·
Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam
bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan
cepat hal-hal baru.
·
Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah
mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi
belajar amat penting.
·
Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan
antara yang baru dan yang sudah diketahui.
·
Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna,
memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka
sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
4. Pentingnya
Lingkungan Belajar
·
Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar
yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke
siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
·
Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa
menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan
dibandingkan hasilnya.
·
Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari
proses penilaian yang benar.
·
Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja
kelompok itu penting.
B. Hakekat Pembelajaran
Kontekstual
Pembelajarn
kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism),
bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar
(Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian
sebenarnya (Authentic Assessment)
C. Pengertian
Pembelajaran Kontekstual
1.
Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan
materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang
secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks
ke permasalahan/ konteks lainnya.
2.
Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan
antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat
D. Perbedaan
Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
Kontekstual
1.
Menyandarkan pada pemahaman makna.
2.
Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
3.
Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
4.
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
5.
Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
6.
Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
7.
Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi,
berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja
kelompok).
8.
Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
9.
Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
10.
Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
11.
Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
12.
Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
13.
Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
14.
Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.
Tradisional
1.
Menyandarkan pada hapalan
2.
Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
3.
Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
4.
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas
kehidupan.
5.
Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
6.
Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
7. Waktu
belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan
(kerja individual).
8.
Perilaku dibangun atas kebiasaan.
9.
Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
10.
Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
11.
Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
12.
Perilaku baik berdasarkan motivasi entrinsik.
13.
Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
14.
Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.
E. Penerapan
Pendekatan Kontekstual Di Kelas
Pembelajaran
Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja,
dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
Kembangkan pemikiran
bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
1.
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
2.
kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
3.
Ciptakan masyarakat belajar.
4.
Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
5.
Lakukan refleksi di akhir pertemuan
6.
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
F. Tujuh Komponen
Pembelajaran Kontekstual
1. Konstruktivisme
·
Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman
baru berdasar pada pengetahuan awal.
·
Pembelajaran harus dikemas menjadi proses
“mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2. Inquiry
·
Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
·
Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3. Questioning
(Bertanya)
·
Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai
kemampuan berpikir siswa.
·
Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam
pembelajaran yang berbasis inquiry
4. Learning Community
(Masyarakat Belajar)
·
Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
·
Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada
belajar sendiri.
·
Tukar pengalaman.
·
Berbagi ide
5. Modeling
(Pemodelan)
·
Proses penampilan suatu contoh agar orang lain
berpikir, bekerja dan belajar.
·
Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa
mengerjakannya
6. Reflection (
Refleksi)
·
Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
·
Mencatat apa yang telah dipelajari.
·
Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7. Authentic
Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
·
Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
·
Penilaian produk (kinerja).
·
Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
G. Karakteristik
Pembelajaran Kontekstual
·
Kerjasama
·
Saling menunjang
·
Menyenangkan, tidak membosankan
·
Belajar dengan bergairah
·
Pembelajaran terintegrasi
·
Menggunakan berbagai sumber
·
Siswa aktif
·
Sharing dengan teman
·
Siswa kritis guru kreatif
·
Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja
siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
·
Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi
hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain
H. Menyusun Rencana
Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Dalam
pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan
kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa
yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan
dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk
mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,
dan authentic assessmennya.
Dalam
konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang
apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.
Secara
umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran
konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang
membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih
menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan
program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario
pembelajarannya.
Atas
dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.
1.
Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan
siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar,
Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar.
2.
Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
3.
Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
4.
Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
5.
Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati
partisipasinya dalam pembelajaran.
No comments:
Post a Comment