Salah satu tanda keimanan adalah seorang muslim bergembira dengan akan datangnya bulan Ramadhan. Ibarat akan menyambut tamu agung yang ia nanti-nantikan, maka ia persiapkan segalanya dan tentu hati menjadi sangat senang tamu Ramadhan akan datang. Tentu lebih senang lagi jika ia menjumpai Ramadhan.
Hendaknya seorang muslim khawatir akan dirinya jika tidak ada perasaan gembira akan datangnya Ramadhan. Ia merasa biasa-biasa saja dan tidak ada yang istimewa. Bisa jadi ia terluput dari kebaikan yang banyak. Karena ini adalah karunia dari Allah dan seorang muslim harus bergembira.
Allah berfirman,
ﻗُﻞْ ﺑِﻔَﻀْﻞِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﻭَﺑِﺮَﺣْﻤَﺘِﻪِ ﻓَﺒِﺬَﻟِﻚَ ﻓَﻠْﻴَﻔْﺮَﺣُﻮﺍْ ﻫُﻮَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِّﻤَّﺎ ﻳَﺠْﻤَﻌُﻮﻥَ
_“Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”_ (QS. Yunus [10]: 58).
*SINGKAWANG RAMADHAN FAIR 2018*
Ada yg baru di Kota Singkawang dalam menciptakan nuansa kegembiraan menyambut dan mengisi amaliyah bulan suci Ramadhan 1439 Hijriyah. Yaitu hiasan *ketupat* yang meriah mewarnai berbagai sudut kota dan juga di rumah2 penduduk dan perkantoran serta pertokoan. Masyarakat kota Singkawang sangat antusias memasang hiasan ketupat. Hal ini sesuai himbauan Walikota Singkawang beberapa waktu sebelum Ramadhan tiba.
Sebagai sebuah simbol maka ketupat tidak hanya dimaknai sebagai wujud sebuah sajian kuliner/ makanan semata. Namun ada filosofi yg sangat dalam dimana didalamnya ada ajaran adiluhur dari Ulama penyebar agama Islam di Nusantara ini. Marilah kita renungkan makna ketupat dalam ulasan berikut ini.
Menurut riwayat yg diceritakan turun temurun dalam masyarakat Jawa bahwa Sunan Kalijaga lah yang pertama kali memperkenalkan tradisi *ketupat / kupat* pada masyarakat Jawa.
Sunan Kalijaga mengajarkan 2 kali Hari Raya atau dalam bahasa jawa ada yang menyebut _Riyoyo_ atau yaitu _Riyoyo 'Idul Fitri_ itu sendiri yang dilaksanakan pd tanggal 1 syawal dan seterusnya, yang kedua adalah _Riyoyo Kupat_ atau biasa disebut juga dengan istilah _Kupatan_ yang dilaksanakan pd hari ke 7 pd Bulan Syawal _(akan diuraikan di akhir tulisan ini)_.
Masyarakat Jawa sering menggunakan simbol-simbol dalam memaknai sebuah ajaran. Bahkan ada istilah _tembung kiroto boso_ dimana sebuah kata mengandung banyak makna.
Dalam filosofi Jawa, ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau dalam bahasa Jawa disebut *KUPAT* merupakan kependekan dari _Ngaku Lepat_
*Ngaku lepat* artinya _mengakui kesalahan_
Untuk mengejawantahkan amaliyah _ngaku lepat_ (mengakui kesalahan) maka ada tradisi _Sungkeman_.
Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain. Tradisi Sungkeman inilah yang mendasari munculnya tradisi _saling mengunjungi_ antara sanak kerabat maupun antara teman sejawat. Sayangnya makna sungkeman itu sendiri sekarang sudah mulai luntur, terlebih bagi generasi muda kita. Yang tersisa adalah kegiatan saling mengunjungi dengan saling bersalaman dan memohon maaf dalam suasana yang biasa-biasa saja bahkan kadang sambil bergurau.
Kalau jaman dahulu yang namanya _Sungkeman_ itu memang benar-benar dihayati, dimana kita datang dan berlutut sambil mengucapkan _permohonan maaf_ kepada orang tua maupun kerabat yg lebih tua baik dalam usia lebih-lebih dalam urutan kepangkatan silsilah keluarga, dan kita belum akan berdiri sebelum dijawab dengan ungkapan _pemberian maaf_ dari orang yang kita mintai maaf.
Dalam filosofi Jawa, ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau dalam bahasa Jawa disebut *KUPAT* merupakan kependekan dari _Ngaku Lepat_
*Ngaku lepat* artinya _mengakui kesalahan_
Untuk mengejawantahkan amaliyah _ngaku lepat_ (mengakui kesalahan) maka ada tradisi _Sungkeman_.
Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain. Tradisi Sungkeman inilah yang mendasari munculnya tradisi _saling mengunjungi_ antara sanak kerabat maupun antara teman sejawat. Sayangnya makna sungkeman itu sendiri sekarang sudah mulai luntur, terlebih bagi generasi muda kita. Yang tersisa adalah kegiatan saling mengunjungi dengan saling bersalaman dan memohon maaf dalam suasana yang biasa-biasa saja bahkan kadang sambil bergurau.
Kalau jaman dahulu yang namanya _Sungkeman_ itu memang benar-benar dihayati, dimana kita datang dan berlutut sambil mengucapkan _permohonan maaf_ kepada orang tua maupun kerabat yg lebih tua baik dalam usia lebih-lebih dalam urutan kepangkatan silsilah keluarga, dan kita belum akan berdiri sebelum dijawab dengan ungkapan _pemberian maaf_ dari orang yang kita mintai maaf.
Lalu kita bertanya kenapa _Kupat_ mesti dibungkus daun kelapa muda yang disebut _janur_? Kenapa tidak dibungkus dengan daun lain semisal daun pisang?.
_Janur_, diambil dari bahasa Arab " Ja'a nur " *جاء نور* _(telah datang cahaya )._
Bentuk fisik kupat yang _segi empat_ ibarat hati manusia.
Saat orang sudah mengakui kesalahannya maka hatinya seperti kupat yang dibelah, pasti isinya _putih bersih_, hati yang tanpa iri dan dengki.
Kenapa? karena hatinya sudah dibungkus _cahaya _(jaa'a nur)._
_Janur_, diambil dari bahasa Arab " Ja'a nur " *جاء نور* _(telah datang cahaya )._
Bentuk fisik kupat yang _segi empat_ ibarat hati manusia.
Saat orang sudah mengakui kesalahannya maka hatinya seperti kupat yang dibelah, pasti isinya _putih bersih_, hati yang tanpa iri dan dengki.
Kenapa? karena hatinya sudah dibungkus _cahaya _(jaa'a nur)._
Selain _Kupat_ ada satu lagi sajian khas yang dinamakan
_Lepet_.
_Lepet_ maksudnya adalah _silep kang rapet._ (ditutup rapat-rapat). Setelah kita mengakui semua kesalahan dan meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam _Lepet_.
_Lepet_.
_Lepet_ maksudnya adalah _silep kang rapet._ (ditutup rapat-rapat). Setelah kita mengakui semua kesalahan dan meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam _Lepet_.
*KUPATAN = KAAFATAN (كافة)*
Dalam tradisi masyarakat kita, khususnya masyarakat Jawa, ada namanya *Kupatan /Riyoyo Kupat*.
Tradisi ini merupakan pengejawantahan ajaran Islam yang disampaikan secara halus agar mudah diterima dan diamalkan masyarakat.
Orang yg berpuasa Ramadhan dengan Iman dan mengharap ridho Allah SWT maka dia diampuni dosa2nya yg telah lalu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Tradisi ini merupakan pengejawantahan ajaran Islam yang disampaikan secara halus agar mudah diterima dan diamalkan masyarakat.
Orang yg berpuasa Ramadhan dengan Iman dan mengharap ridho Allah SWT maka dia diampuni dosa2nya yg telah lalu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
*مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ*
_“Barangsiapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”_ (HR. Bukhari [38, 1901, 2014] dan Muslim [760] dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu)
Selanjutnya Nabi Muhammad SAW juga bersabda:
*مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ*
_“Barang siapa yang melaksanakan puasa Ramadan, kemudian dia ikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa selama setahun.”_ (HR. Ahmad 23533, Muslim 1164, Turmudzi 759, dan yang lainnya).
Hal ini bermakna bahwa pada saat seseorang sudah menjalankan puasa selama bulan suci ramadhan disertai amaliyah ibadah sunnah lainnya seperti _shalat tarawih_, _tadarrus alqur'an_, _dzikir_, _i'tikaf_ dll. maka insyaallah seseorang sudah bersih dari dosa2 masa lalu terhadap Allah. dan kemudian pada hari raya dia sdh saling memaafkan antar sesama manusia. Kemudian dia melakukan puasa 6 hari pd tgl 2-7 syawal yang mempunyai nilai sama dengan puasa setahun.
Maka dengan demikian menjadi sempurnalah amaliyahnya. Mudah2an Allah swt menjadikannya mencapai taraf *_sempurna_* atau dalam bahasa Arab dinamakan *_kaaffatan_* (كا فة ) (diucapkan dalam logat jawa menjadi _*kupatan*_) yang disimbolkan dengan makanan *kupat/ketupat*.
Demikian uraian singkat ini mudah-mudahan menambah wawasan kita. Mohon maaf jika terdapat kekeliruan. _Wallohu A'lam bish showab_.
Maka dengan demikian menjadi sempurnalah amaliyahnya. Mudah2an Allah swt menjadikannya mencapai taraf *_sempurna_* atau dalam bahasa Arab dinamakan *_kaaffatan_* (كا فة ) (diucapkan dalam logat jawa menjadi _*kupatan*_) yang disimbolkan dengan makanan *kupat/ketupat*.
Demikian uraian singkat ini mudah-mudahan menambah wawasan kita. Mohon maaf jika terdapat kekeliruan. _Wallohu A'lam bish showab_.
*_Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1439 H_*
*MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN*.
Dengan iringan doa
*جعلنا الله وإياكم من العائدين والفائزين*
*تقبل الله منا ومنكم تقبل يا كريم*
*كل عام وانتم بخير*
_*Semoga Allah menerima amal ibadah kita*_
Allaahu Akbar
Allaahu akbar
Allaahu akbar
Laa ilaaha illallaahu
Allaahu akbar
Allaahu akbar Walillaahilhamdu.
*MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN*.
Dengan iringan doa
*جعلنا الله وإياكم من العائدين والفائزين*
*تقبل الله منا ومنكم تقبل يا كريم*
*كل عام وانتم بخير*
_*Semoga Allah menerima amal ibadah kita*_
Allaahu Akbar
Allaahu akbar
Allaahu akbar
Laa ilaaha illallaahu
Allaahu akbar
Allaahu akbar Walillaahilhamdu.
Diolah dari berbagai sumber oleh:
( *Drs. H. Edy Purwanto Achmad* /Katib Syuriyah PCNU Kota singkawang & Sekretaris Umum MUI Kota Singkawang).
( *Drs. H. Edy Purwanto Achmad* /Katib Syuriyah PCNU Kota singkawang & Sekretaris Umum MUI Kota Singkawang).
No comments:
Post a Comment