BERMULA sekali dalam buku
sekolah menengah, kita bertemu dengan definisi geometri kira-kira seperti
berikut: ilmu yang mempelajari sifat bentuk tiga dimensi, bidang, garis, dan
titik. Sifat yang dipakai dan dipelajari dari badan, tentulah sifat yang
berkenaan dengan ilmu geometri saja, bukan yang berkenaan dengan ilmu lainnya,
misalnya ilmu alam. Geometri tidak memperdulikan zat berat, panas, dan energi
suatu bentuk tiga dimensi.
Satu per satunya
didefinsikan pula. Beginilah dipastikan :Isi adalah bagian dari ruang alam yang
berbatas ke semua penjuru.Bidang adalah batas massa.Garis adalah batas
bidang.Titik adalah batas garis.
Marilah kita periksa
definisi di atas ini dengan melaksanakan pengetahuan ktia tentang definisi.
Isi, katanya, ialah
sebagian dari ruang alam, space.
Jadi isi masuk golongan, kelas yang lebih umum, yaitu “sebagian ruang alam”.
Sebagian itu bukan berarti seluruhnya dari ruang alam yang luas itu. Tetapi 1
m³ udara, juga masuk golongan “sebagian ruang alam”. Kita tahu badan, seperti
kerbau, manusia dsb, bukan 1m³ udara yang juga sebagian dari ruang alam. Jadi
definisi di atas mesti dipagari, karena terlampau luas. Pagarnya, adalah
perbedaan badan dengan barang lain yang sama golongannya.
Anak kalimat “yang berbatas
ke semua penjuru” inilah yang menjadi pagar. Isi yang masuk golongan “sebagian
dari ruang alam” itu harus berbatas ke semua penjuru. Baik di atas maupun di
bawah. Di kiri maupun di kanan. di depan atau di belakang. Isi itu seperti peti
dsb. Mempunyai batas bidang. Sedangkan udara yang juga termasuk golongan
“sebagian dari ruang alam” tak terbatasi oleh bidang. Seterusnya, semua isi
bernyawa atau tidak ialah sebagian dari ruang alam yang berbatas ke semua
penjuru. Dan sebaliknya, sebagian dari ruang alam yang berbatas ke semua
penjuru ialah isi.
Jadi definisi tentang isi
cukup jitu. Golongan dan perbedaan adalah essential attributes. Pula definisi itu
pendek, tak berputar-putar, umum, tak mengandung ibarat, kata gaib, dan tidak
pula negatif. Pendek kata, definisi itu sempurna menurut sains.
Seterusnya, bidang ialah
batas isi.
Begitulah definisi tentang
bidang, garis, dan titik contoh dengan sains, jadi sainstifik. Tetapi akan
terlalu panjang kalau saya mesti periksa satu persatunya. Terserah kepada
pembaca untuk memeriksanya sendiri. untuk menerapkan yang sudah dipelajari. Sesudah
menerangkan tentang geometri dan bukti yang dipakainya, sesudah mengingatkan
bahwa definisi itu cocok dengan definisi pertama yang saya kemukakan tentang
sains, yaitu akurat, maka saya ingatkan definisi kedua dan ketiga. Sains itu
ialah organization of
facts, penyusunan segala bukti dan simplification by generalisation,
penyederhanaan dengan generalisasi bukti. Kedua definisi ini pun kena mengena,
isi mengisi dan keduanya berdasar atas facts,
bukti.
Organisasi atau
generalisasi dalam matematika berupa teori dan dalam ilmu bintang atau ilmu
alam berupa law atau hukum. Kita bisa dengar teorema Fermat dan Euler, Binomium of Newton, Laws of Motion (Hukum
Gerak) Newton, Daltons
Law(Hukum Kimia Dalton), dll. Teori atau hukum tadi keduanya hasil
dari penyusunan dan generalisasi beberapa bukti, berdasarkan atas bukti. Tetapi
bukti yang kita pakai dalam geometri, seperti isi, bidang, garis, dan titik
berlainan dengan bukti yang diladeni oleh ahli bintang, tumbuhan, binatang,
manusia, dan zat.
Isi bisa kita pastikan
dengan panca indera kita, tetapi bidang, garis, dan titik cuma bisa kita
“hampiri” keadaanya dengan gambaran. Bidang itu tidak bisa berdiri sendiri.
Bidang peti tidak bisa kita potong jadi peti tadi. Kalau kita potong berapapun
tipisnya, maka jadilah badanlah dia dan mengambil “sebagian dari ruang alam”.
Selain itu, maka mesti kita pikirkan sifat yang lekat pada bidang yakni dua
dimensi, dua ukuran, dua besaran: panjang dan lebar. Sedang badan itu mempunyai
tiga dimensi : panjang, lebar, dan tinggi.
Garis ialah batas bidang.
Garis hanya mempunyai satu dimensi, yakni panjang. Jadi ia tak punya lebar.
Berapa pun runcingnya pena kita, garis yang kita bikin itu mesti masih punya
lebar. Kita tahu yang punya lebar dan panjang ialah bidang. Garis cuma satu
dimensi saja yaitu panjang.
Titik ialah batas garis,
satu titik berada di ujung dan yang lain berada di pangkal garis. Suatu titik
tak punya ukuran, besaran. Bagaimanapun halusnya ujung pensil kita, titik yang
kita bikin di atas kertas tadi masih punya 3 dimensi : panjang, lebar dan
tinggi.
Nyatalah sudah, bahwa
bidang, garis, dan titik yang kita namakan bukti, tidak seperti bukti biasa
yang bisa kita saksikan dengan panca indera kita. Tetapi kita bisa hampiri
dengan gambaran, seperti molekul, atom, walaupun dalam teorinya menjadi benda
yang tak berbatas kecilnya, asalnya dari benda juga. Kita tak perlu lari ke
dunia kegaiban. Bidang, garis, dan titik yang mesti kita dekati dengan gambaran
walaupun tidak seperti bintang bagi ahli astronomi atau kuman bagi ahli
biologi, bukanlah barang yang semata-mata kosong, nothing, seperti
rohani.
Kita bisa mendekatinya
dengan gambaran dan bisa menggambarkannya dalam otak. Dan semenjak Rutherford,
memang sudah bisa dilihat dengan teropong. Walaupun alam tiada memperhatikan
dan jarang sekali memberikan kepada kita benda seperti kubus, silinder, bujur
sangkar, lingkaran, segitiga, dan garis lurus, tetapi sebagai hasil dari otak,
maka ahli matematika, kaum insinyur dan seniman sudah memberikan bermacam-macam
gedung, rumah, dan kesenian yang permai kepada kita. Menambah kesehatan dan
mempertinggi peradaban kita.
“Cara berpikir” jitu yang
melayani bukti, yang teristimewa masuk dalam wilayah geometri tadi saja juga
dipakai dalam memikirkan perkara-perkara lain. Atau cara itu berkenan langsung
atau tidak dengan cara yang dipakai untuk melayani perkara di luar ilmu ukur.
Sebab itu, cara berpikir dalam ilmu ukur penting sekali buat latihan otak.
No comments:
Post a Comment